kls 6
1. UAS tgl 7-14 Maret 2013
2. Ujian Praktek tagl 16-20 April
3. UAMBN tgl 8-15 April
1.
Sejarah
Penelitian Pendidikan
Penelitian Pendidikan sebagai
suatu disiplin ilmu masih termask agak muda. Usianya masih kurang dari 80
tahun. Anda pasti ingat bahwa abad ilmu dimulai oleh bidang ilmu pengetahuan
alam oleh abad ketujuh belas dan delapan belas. Akan tetapi, baru pada akhir
abad kesembilan belas ilmu pendidikan mulai menggunakan metodologi ilmu.
Keterlambatan munculnya pendidikan sebagai ilmu ini disebabkan bukan saja oleh peliknya gejala yang diselidiki, melainkan juga oleh
lambatnya kemajuan pengembangan alat-alat pengamatan dan pengukurannya. Sebelum
kemajuan yang sebenarnya dapat terjadi dalam pengembangan penelitian
pendidikan, diperlukan alat-alat ilmiah guna mengukur variabel-variabel yang
menarik bagi para pendidik. Boleh dikatakan bahwa pengukuran merupakan landasan
bagi gerakan penelitian. Marilah kita terlebih dulu melihat secara sepintas
beberapa perkembangan nyata dalam sejarah pengukuran yang menjadi latar
belakang bagi gerakan penelitian pedidikan.
1.1 Awal pengukuran
Benih gerakan penelitian
disemaikan pada tahun 1879, ketika Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium
psikologi-eksperimental yang pertama di Leipzig, Jerman. Studi-studi yang
pertama itu terutama dipusatkan di sekitar ketajaman pancaindera, waktu reaksi,
dan keterampilan gerak (motor skills). Laboratorium Wundt ini merupakan
kamajuan yang nyata di bidang penyelidikan tingkah laku manusia secara ilmiah.
Studi-studi pra ilmiah, dalam bentuk seperti frenologi, astrologi, dan
fisiognami mulai memudar. Dari psikologi-eksperimental awal ini timbullah
sejumlah prosedur penelitian di samping munculnya penhargaan terhadap metode
eksperimental yag cermat dan ketepatan teknik yangn nantinya akan mempunyai
pengaruh pada penelitian pendidikan.
Perkembangan penelitian
pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh Sir Francis Galton (1822-1911), yang
menyelidiki perbedaan-perbedaan individual di kalangan masyarakat. Orang
Inggris yang jenis ini juga tertarik untuk mengembangkan alat-aalat statistik
guna menganalisis dan melukiskan data tentang perbedaan-perbedaan individual
yang dimilikinya. Galtom mempelopori penggunaan metode korelasi. Teknik-teknik
statistik yang dikembangkan oleh rang Inggris ini dikemudian har dipakai dalam
studi tentang masalah-masalah kependidikan.
Di Amerika Serikat, James Mc Keen
Cattell, yang pernah belajar di Jerman kepada Wundt dan yang juga terpengaruh
oleh Gaiiton, memulai suatu penyelidikan sistematis tentang perbedaan waktu
reaksi individual pada fungsi penggerak indera (sensory motor) yang
dihubungkan dengan kecerdasan manusia. Pada tahun 1890, Cattell menulis artikel
yang sekarang menjadi klasik berjudul “Tes dan Pengukuran Mental”, yang untuk
pertama kalinya memperkenalkan istilah “tes mental” ke dalam literatur. Cattell
menekankan perlunya pembakuan prosedur tes guna memperoleh pengukuran yang
sebanding dari para subyek. Apa yang dimulai oleh Cattell ini mengakibatkan
timbulnya studi sistematis tentang perbedaan-perbedaan individual dalam
fungsi-fungsi kemanusiaan lainnya, termasuk pengukuran kecerdasan.
1.2 Awal penelitian pendidikan
Joseph M. Rice pada umumnya
dikenal sebagai perintis dala gerakan penelitan pendidikan. Di tahun 1897, ia
menerbitkan dua artikelyan melaporkan hasil penyelidikannya yang agak panjang
tentang hasil belajar mengajar (spelling) anak-anak sekolah di AS. Karya
ini pada umumnya dianggap sebagai awal mula gerakan modern penyelidikan
obyektif terhadap masalah-masalah pendidikan. Penelitian Rice cenderungg
menunjukkan bahwa metode pengajaran mengeja yang digunakan pada zamannya itu,
yang terutama menekankan drill (latihan yang berulang-ulang), sebagian
besar tidak efektif. Ia memperoleh banyak tantangan dari para pendidik, yang
menganggap evaluasi terhadap metode mengajar dengan jalan mencari tahu seberapa
jauh anak-anak dapat menulis ejaan sebagai perbuatan bodoh. Rice menyelidiki
metode mengajar di beberapa daerah lain dan menncoba menunjukkan kelemahan
teor-teori pendidikan yang berlaku di abad kesembilan belas. Dalam karya Rice,
orang dapat melihat pembentangan pendirian yang menekankan pentingnya
penelitian di dalam pola pemikiran total mengenai pendidikan-suatu wewenang
untuk menilai kelebihan dan kelemahan praktek-praktek pendidikan serta
menyarankan jalan ke arah perbaikan.
Pertumbuhan penelitian pendidikan
ini dapat dibagi menjadi tiga periode.
1.3 Periode perintisan 1900-1920
Meskipun sulit untuk secara resmi
menunjukkan dengan tepat awal penelitian pendidikan, sebagian besar para ahli
tela sepakat menetapkan tahun 1900 sebagai saat dimulainya era ilmiah di bidang
pendidikan. Periode dari tahun 1900 sampai tahun 1920 adalah masa eksplorasi
dan pengembangan alat pengukur yang diperlukan oleh para peneliti.di tahun
1905,Alfret Binet menerbitkan skala-kecerdasan praktis yang pertama, sesuatu
yang sangat dibutuhkan di negerinya pada waktu itu. Tes-tes Binet diterjemahkan
dan diterbitkan dalam beberapa versi, diantaranya yang terpenting adalah Tes
Kecerdasan Stanford-Binet, yang dikembangkan oleh Terman pada tahun 1916.
Edward L. Thorndike menjadi tokoh
yang berpengaruh kuat dalam penyebaran dan pengembangan tes pendidikan baku
(standard). Ia menerbitkan skala tulisan tangannya di tahun 19010, yang sering
disebut sebagai alat pertama yang ditera secara ilmiah guna mengukur hasil
pendidikan. Diantara tes-tes hasil-belajar yang pertama ialah tes berhitung
oleh Stone, tes ejaan oleh Buckigham, dan tes bahasa oleh Trabue.
Tes kecerdasan kelompok dimulai
pada waktu Peang Dunia I, yang sebagian besar disebabkan oleh karya Otis, dan
selanjutnya menjadi alat pengukur yang banyak dipakai dalam penelitian
pendidikan. Pada tahun 1920 telah dapat diperoleh tes-tes individu maupun
kelompok untuk mengukur kecerdasan verbal maupun non-verbal. Tes-tes bakat
seperti Scasshore Tes of Musical Talent, juga muncul dalam periode itu.
Meskipun tekanannya pada pengemangan
perlengkapan ilmiah untuk pengukuran, kegiatan lain untuk memajukan penyelidikan
ilmiah dalam dunia pendidikan pun juga berlangsung. Penelitian yang menggunakan
statistika mulai bermunculan. Ajaran dan
tulisan Thorndike adalah pendorong utama penggunaan metode statistik di dalam
penelitian pendidikan. Karyanya Notes on Child Study, diterbitkan di
tahun 1901, dan Introduction to the Theory of Mental and Social Measurement,
diterbitkan di tahun 1904, telah merintis studi yang menggunakan statistika
di bidang pendidikan. Studi statistik yang pertama tentang kemajuan anak-anak
di sekolah dilakukan oleh Thorndike (1901), Ayres (1909), dan Strayer (1911).
Berkat penelitian mereka itu, maka norma-norma hasil belajar secara nasional
bagi semua tingkatan kelas dapat ditetapkan, serta kemajuan anak-anak
berdasarkan norma-norma ini dapat dievaluasi.
Tema utama lainnya pada periode
perintis itu ialah survai sekolah. Survai sekolah menyangkut suatu deskripsi
dan evaluasi terhadap satu atau lebih aspek situasi sekolah, dan masih
merupakan salah satu jenis penelitian yang paling populer. Survai sekolah yang
pertama dilakukan pada tahun 1910 di Buise, Idaho, oleh penilik sekolah-sekolah
di Indianapolis. Survai-survai pada awal lainnya dilakukan terhadap
sekolah-sekolah di Montclair, New Jersey, dan di New York City. Dalam survai
yang dilakukan belakangan ini, yaitu sekitar tahun 1911-1912, tes-tes baku
digunakan dalam skala besar untuk pertama kalinya. Dengan semakin meningkatnya
perhatian orang terhadap testing di dalam survai, maka timbullah perdebatan
sengit tentang kepatutan pengumpulan
data seperti itu. Bagaimana memperoleh dukungan
para pendidik terhadap nilai alat pengukur baku merupakan masalah utama
yang dihadapi oleh para pembuat tes sejak awal periode ini. Para pendidik terus
menyuarakan keberatan besar terhadap pengguanaan tes. Untuk itu para pemimpin
pendidikan harus bekerja keras mengusahakan agar hal itu dapat diterima. Suatu
perdebatan yang cukup penting diselenggarakan pada pertemuan Sidang Nasional
Pendidikan (National Council of Education) di tahun 1915 mengenai
penggunaan tes. Penggunaan tes ini didukung oleh para pemimpin pendidikan yang
terkemuka pada masa itu. Pada perteuan itu juga, lahirlah The American
Education Research Association (AERA=Asosiasi Penelitian Pendidikan Amerika),
dengan salah satu tujuannya “memajukan
kegunaan praktis ukuran pendidikan di semua penelitian pendidikan”. Sekitar
masa inilah, Thorndike mengemukakan diktum (ucapan)-nya yang sekarang menjadi
terkenal. Dalam suatu pidato di muka Konperensi Tahunan Pertama Mengenai
Pengukuran Pendidikan, yang diselenggarakan di Universitas Indiana pada tahun
1914, ia mengatakan: “Kalau sesuatu itu ada, maka ia ada dalam jumlah tertentu.
Kalau ia ada dalam jumlah tertentu, maka ia tentu dapat diukur.” Ucapan ini
menjadi perangsang bagi tumbuhnya gerakan penelitian pendidikan yang mulai naik
bintangnya. Para peneliti terdorong untuk menggunkan metode kuantitatif guna
memperoleh data yang diperlukan tentang berbagai aspek pendidikan.
1.4 Periode peluasan: 1920-1945
Periode antara tahun 1920 sampai
1945 adalah masa perkembangan yang pesat bagi penelitian pendidikan. Jumlah
alat pengukur yang tersedia bagi para peneliti bertambah denganpesat pada masa ini. Para penerbit
komersialmulai menerbitkan tes-tes. Buros mulai menerbitkan Mental Measurement
Year-book yang berisi ulasan-ulasan kritis tentang tes-tes baku yang ada di
pasaran.
Penelitian pendidikan ditetapkan
sebagai suatu bidang studi di perguruan-perguruan tinggi. Program sarjana
bidang pendidikan mulai menjadikan penelitian pendidikan sebagai mata kuliah
wajib. Universitas dan sekolah di kota-kota besar membentuk biro atau lembaga
untuk melaksanakan penelitian pendidikan. Sekolah eksperimental swata atau
negeri serta sekolah laboratorium pendidikan guru melakukan banyak penelitian
dan juga mendorong diterapkannya hasil-hasil penelitian.
Dengan dikembangkannya prosedur
dan teknik penelitian, maka jumlah penelitian pun semakin banyak. Studi delapan
tahun yang tekenal, dengan bantuan Asosiasi Pendidikan Progresif (Progressive
Education Association), dilaksanakan pada tahun 1930-an. Eksperimentasi
menjadi semakin populer sebagai metode penelitian. Karya Mc Call How to
Eksperiment in Education, yang terbit di tahun 1023, merupakan salah satu
dari buku-buku pertama yang membahas masalah pengendalian dalam eksperimentasi
pendidikan. Telah dikatakan bahwa dobrakan di bidang penelitian pendidikan
sebenarnya terjadi pada tahun 1955, ketika Fisher mengembangkan desain-desain
statistik variabel berganda (multivariate statistical designs). Karya
Fisher itu memungkinkan dilakukannya pemecahan yang menandai terhadap
persoalan-persoalan pelik, yang merupakan ciri khas dalam dunia pendidikan.
Banyak jurnal yang dirancang
untuk menyebarkan hasil-hasil peelitian pendidikan mulai terbit pada masa ini.
AERA membiayai beberapa penerbitan, empat diantaranya telah memberikan
sumbangan besar selama bertahun-tahun. Mereka mulai menerbitkan Educational
Research Bulletin di tahun 1920 dan Review of Educational Research di
tahun 1931. Journal of Education Research diterbitkaan untuk pertama
kalinya tahun 1920, dan edisi pertama Encyclopedia of Educational Research muncul
di tahun 1940.
1.5 Periode penilaian secara kritis: 1945 sampai sekarang
Sejak 1945 telah dilakukan
usaha-usaha untuk mengevaluasi kembali penelitian pendidikan berdasarkan
perbaikan-perbaikan yang diakibatkan oleh penelitian terhadap proses
pendidikan. Adanya penilaian kritis itu sangat memperkuat kedudukan penelitian
di bidang pendidikan.
Metode dan prosedur telah diperhalus
dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih dapat dipercaya. Sebelumya,
banyak studi dibidang pendidikan yang amat lemah disain dan metodologinya,
sehingga tidak banyak memberikan sumbangan kepada lembaga ilmu pengetahuan.
Adanya prosedur statistik yang lebih sempurna telah memungkinkan pecahan yang
lebih relistis terhadap persoalan-persoalan pendidikan.
Ruang lingkup penelitian
pendidikan telah semakin diperluas. Setiap tahun banyak penyelidikan dilakukan
dengan tujuan menetapkan keefektifan semua aspek kurikulum, metode pengajaran,
bimbingan, serta praktek-praktek administratif. Penelitian pendidikan tidak
lagi hanya merupakan usaha pencarian fakta belaka. Meskipun banyak yang merasa
bahwa penelitiaan pendidikan masih agak kekurangan dasar teoritis, sekarang
telah cukup banyak teori yang dikembangkan untuk memungkinkan adanya pendekatan
mendalam terhadap banyak masalah pendidikan yang lebih praktis.
Di tahun 1960-an kita menyaksikan
adanya dukungan dari pemerintah Amerika terhadap penelitian pendidikan. Begitu
pula adanya optimisme besar terhadap penggunaan penelitian untuk memecahkan
persoalan di bidang pendidikan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Akan
tetapi, optimisme itu diikuti oleh kekecewaan, karena acapkali pengetahuan yang
diperoleh itu tidak secara langsung
dapat memecahkan masalah yang mendesak. Kini tampaknya kita sedang
menuju ke arah pandangan yang seimbang terhadap penelitian di bidang pendidikan.
Di satu pihak, penelitian dilihat sebagai suatu kegiatan yang memperkaya
pengetahuan yang dapat mengakibatkan perbaikan terhadap prosedur dan lembaga
pendidikan kita. Akan tetapi, di lain pihak, tidak terlalu diharapkan bahwa
tumbuhnya pengetahuan itu akan memeberikan pemecahan masalah-masalah
pendidikan. Di beberapa bidang lainnya, seperti pengobatan, hasil penelitian
kadang-kadang dapat memberikan pemecahan masalah yang dramatis. Pengaruh
penelitian terhadap pendidikan tidaklah begitu dramatis dan bersifat bertahap.
Uraian singkat ini hanya
menyajikan beberapa hal penting yang terjadi dalam sejarah penellitian
pendidikan. Tinjauan perkembangan dari berbagai seginya tidak akan mungkin
dilakukan dalam uraian yang terbatas ini. Untuk itu, pembaca dianjurkan membaca
Encyclopedia of Educational Research atau Review of Educational
Research guna mendapatkan ikhtiar tentang keberhasilan-keberhasilan di
bidang penelitian pendidikan tertentu.
2.
Ringkasan
Manusia
telah berusaha menjawab masalah-masalah yang dihadapinya melalui pengalaman,
otoritas, cara berpikir deduktif, cara berpikir induktif, dan pendekatan
ilmiah. Tiap-tiap metode di atas memerlkan asumsi-asumsi tertentu. Kebenaran
jawaban tersebut tergantung kepada kebenaran asumsi yang menjadi dasar metode
yang dipakai.
Pendekatan
ilmiah bertumpu pada dua asumsi dasar, yaitu:
1. Bahwa kebenaran dapat diperoleh dari pengamatan.
2. Bahwa gejala itu timbul sesuai dengan hubungan-hubungana
yang menurut hukum.
Para
penyelidik ilmiah tidak berusaha mencari kebenaran mutlak, melainkan cenderung
mencari teori yang dapat menerangkan dan meramalkan gejala-gejala dengan cara
yang dapat dipercaya. Mereka mencari teori yanng ekonomis, dapat diuji, dan
konsisten, di samping teori yang juga merupakan pendorong bagi penelitian selanjutnya.
Pendekatan ilmiah mempunyai sifat swakoreksi (self-correction), karena
setiap teori dianggap bersifat sementara dan bisa ditinggalkan apabila ada
teori baru yang lebih sesuai dengan kriteria.
Pendekatan
ilmiah telah digunakan untuk menerangkan, meramalkan, dan mengendalikan
gejala-gejala alam selama berabad-abad lamanya, tetapi baru akhir-akhir ini
saja digunakan di bidang pendikan. Rumitnya variabel-variabel dalam dunia
pendidikan, serta kesulitan yang dihadapi dalam melakukan pengamatan yang dapat
dipercaya, telah merintangi penyelidikan ilmiah di bidang pendidikan. Akan
tetapi, sejak awal gerakan tersebut pada peralihan abad ini, penyelidikan
ilmiah di bidang pendidikan telah memperoleh sambutan yanag semakin besar serta
keberhasilan yang semakin banyak, baik dalam penelitian teoritis mauapun
praktis.
Penyelidikan
ilmiah di bidang pendidikan seperti halnya di bidang lain, menyangkut hubungan
antara variabel, yakni atribut-atribut yang dapat memuat nilai berbeda-beda/
variabel bebas dimanipulasi untuk menetapkan hubungan variabel tersebut dengan
ukuran-ukuran pada variabel terikat.
Langkah-langkah
umum dalam penelitian ialah:
1. Perumusan masalah
2. Pengajuan hipotesis
3. Penarikan kesimpulan tentang konsekuensi-konsekuensi
hipotesis
4. Pengumpulan dan analisis data
5. Penerimaan/penolakan hipotesis
0 opmerkings:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !